Pencarian

Kamis, 22 April 2010

+ Produk Bergizi Tak Harus Mahal


Salah satu masalah sosial yang dihadapi negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah rendahnya status gizi masyarakat. Berbagai masalah gizi, seperti anemia, kurang gizi, kurang vitamin A dan yodium, diderita jutaan anak.


Tanpa intervensi berarti, kurangnya menu bergizi akan berdampak buruk pada bayi dan anak-anak usia balita oleh karena status gizi memengaruhi kecerdasan serta daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Faktor ekonomi sering menghalangi para orangtua untuk menghadirkan pangan bergizi bagi anaknya. Jangankan susu, telur saja sudah tergolong mewah untuk keluarga miskin.

Di tengah persoalan ini, PT Nestle Indonesia hari ini (20/4) menegaskan komitmennya untuk menyediakan produk bergizi dengan harga terjangkau untuk memenuhi kebutuhan khusus konsumen berpenghasilan rendah di seluruh dunia.

Menurut Presiden Direktur PT Nestle Indonesia, Arshad Chaudhry, model bisnis yang disebut Popularly Positioned Products (PPP) khusus dirancang untuk mengatasi masalah umum kekurangan mikronutrien yang banyak terjadi di negara-negara berkembang.

Dengan harga jual mulai Rp 500 untuk snack yang diperkaya zat besi atau pun segelas susu seharga Rp 1000, diharapkan konsumen mampu membelinya secara teratur.

"Daripada memberikan nasi saja sebagai makanan pendamping ASI, lebih menyehatkan jika para ibu menyisihkan seribu rupiah untuk membeli bubur bayi yang telah difortifikasi ini," kata Debora R. Tjandarakusuma, Legal and Corporate Affairs Director PT Nestle Indonesia, di sela acara peluncuran PPP.

Lebih lanjut Debora menjelaskan, sebagian besar produk PPP memang diperkaya dengan zat besi, kalsium, zinc, yodium, dan mikronutrien penting lainnya. Kekurangan zat-zat mikronutrien ini akan memengaruhi banyak hal dalam tubuh.

Selain menyediakan produk dengan harga terjangkau, Nestle juga memberikan edukasi kepada konsumen mengenai pentingnya nutrisi untuk anak. "Kami mendatangi Posyandu dan memberi edukasi pada kader Posyandu tentang nutrisi dan gaya hidup sehat," kata Brata T.Hardjosubroto, Head of Public Relation Nestle Indonesia.

Strategi pendekatan berupa edukasi kepada masyarakat memang diperlukan, mengingat persoalan gizi di masyarakat bukan cuma masalah ekonomi semata, tapi juga budaya dan kebiasaan. Masih banyak kebiasaan di masyarakat yang tidak menunjang gizi anak, misalnya ada banyak keluarga di Indonesia yang anaknya mengalami gizi buruk tapi bapaknya terus saja merokok.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengungkapkan, pengeluaran rumah tangga termiskin untuk membeli rokok lebih besar dari lima kali dari pengeluaran untuk membeli susu dan telur. Secara umum, pengeluaran rumah tangga miskin untuk rokok 15 kali lebih besar dari pengeluaran untuk biaya kesehatan, termasuk di dalamnya menyediakan pangan bernutrisi untuk anak.

+ Sehat Selalu Berkat Yoga


Latihan ini dikenal ampuh untuk meredam stres, terutama bila dipadukan dengan meditasi. Para ahli percaya, berlatih yoga bisa membantu mencegah dan mengatasi berbagai penyakit. Mulai dari nyeri punggung hingga diabetes. Sayangnya, menurut data national Sporting Goods Association, tak sampai 15 persen wanita berusia 30 tahun ke atas yang rutin berlatih yoga.


Padahal, ada banyak manfaat kesehatan lain yang bisa didapat setiap kita latihan. Berikut empat di antaranya:

1. Nyeri punggung berkurang Menurut riset yang dimuat dalam jurnal Spine, yoga bisa mengurangi rasa sakit dan depresi yang dialami penderita nyeri punggung. Ini setelah mereka konsisten berlatih dua kali dalam seminggu selama enam bulan.

2. Asma tak kambuh Ini adalah hasil penelitian American College of Sport Medicine terhadap pasien asma yang rutin menjalani yoga 2,5 jam seminggu selama 10 minggu.

3. Nafsu makan jadi terkendali Ini terutama pada emotional eaters. Setelah ikut latihan yoga selama 10 minggu, mereka lebih mampu mengatur emosi sehingga tak langsung lari ke makanan saat mood-nya sedang tidak baik. Riset ini dilakukan ahli University of the Rockies.

4. Terhindar dari sindrom metabolik Mereka yang punya risiko tinggi terhadap diabetes akan merasakan banyak manfaat bila rutin berlatih yoga selama tiga bulan. Aktivitas ini akan menormalkan angka BMI, tekanan darah, kadar insulin, serta kadar kolesterol LDL.


+ Sembuhkan Migrain dengan Lensa Kontak



Lensa kontak bukan hanya berfungsi sebagai alat bantu penglihatan. Dalam perkembangannya, lensa kontak juga dimanfaatkan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan.

Tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu kesehatan mata, tetapi juga membantu mengatasi masalah migrain dan diabetes.

1. Migrain

Kapten Kriket Inggris, Andrew Strauss, memakai lensa kontak merah untuk menghalau sinar menyilaukan yang menyebabkan migrain. Lensa kontak berwarna merah memang dikembangkan untuk meringankan siksaan migrain.

Lensa kontak ini bekerja dengan menyaring gelombang cahaya dalam jumlah berlebih, merangsang reseptor retina, mengatur cahaya sensitif lewat jaringan lapisan permukaan dalam mata yang mengakibatkan sakit kepala.

Dr Richard Garrison dari Rumah Sakit San Jacinto Methodist di Texas, baru-baru ini melakukan uji coba terhadap 33 pasien migrain dengan riwayat memiliki sensitivitas berlebihan terhadap cahaya. Lensa berwarna merah kemudian disisipkan saat serangan migrain datang akibat kilauan sinar.

Pemain kriket Inggris, termasuk kapten Andrew Strauss dan Matt Prior, baru-baru ini diuji coba menggunakan lensa kontak merah, yang bertindak seperti kacamata untuk memungkinkan mereka untuk melihat bola lebih baik dalam kondisi cahaya cerah.

2. Diabetes

Sebuah perkembangan baru dalam teknologi lensa kontak bisa melihat akhir penderitan para pengidap diabetes yang harus selalu memeriksa kadar gula darah mereka dengan menggunakan skin prick test.

Para peneliti di University of Western Ontario Kanada menciptakan lensa yang akan bereaksi terhadap glukosa yang ditemukan pada air mata. Lensa akan memonitor kadar glukosa untuk kemudian memberikan pertanda lewat perubahan warna pada lensa. Namun, mereka tetap harus melakukan tes darah rutin untuk mengecek perkembangannya.

3. Glaukoma dan katarak

Para ilmuwan di Universitas Florida telah mengembangkan lensa kontak yang tertanami partikel obat. Teknologi ini diharapkan lebih efisien daripada sekadar obat tetes mata.

"Hanya sekitar satu sampai lima persen dari obat yang disampaikan melalui tetes mata mencapai kornea dan sisanya masuk ke sirkulasi sistemik dan dapat menyebabkan efek samping," kata Anuj Chauhan dari asosiasi profesor yang melakukan studi.

Mr Chauhan menjelaskan bahwa tetes mata tradisional bercampur dengan air mata, yang kemudian mengalir ke rongga hidung dan menembus aliran darah, di mana obat dapat menyebabkan efek samping yang serius.

"Kami telah mengembangkan lensa kontak transparan partikel bermuatan yang memberikan obat pada dosis terapi selama lima sampai 30 hari. Itu dapat menyebabkan obat yang terperangkap pada kornea terserap 40 kali lipat."

Barbara McLaughlan, dari Royal National Institute of Blind People berkata, "Konsep dari lensa kontak yang membuat zat gizi seperti vitamin E dekat dengan mata, untuk mengobati glaukoma, tampaknya masuk akal." (pet)